Monday, March 27, 2023

Budidaya Udang Vaname sistem Intensif

  Budidaya Udang Vaname sistem Intensif



Sedemikian penting fungsi mineral pada air petakan tambak udang, demikian juga fungsi jasad renik (bakteri) yang bagus untuk menjaga kondisi air lebih sesuai untuk tumbuh kembang udang. Pemberian pakan dan penambahan vitamin/stamino yang bagus terutama untuk tambak semi maupun intensif, super/supra intensif.

Literasi panduan ini kami rangkum dari berbagai sumber, baik buku/tulisan, hasil diskusi, hasil percobaan sendiri maupun dari pendapat berbagai kalangan yang berpengalaman dibidang budidaya udang vanamei intensif/ tradisi, dengan harapan bisa menjadi alternatif untuk para praktisi, pelaku maupun pecinta tambak udang di Indonesia.

Sumber Air
Air merupakan faktor penting dalam proses budiddaya udang vaname karena seluruh fase hidup udang berada di dalam air. Sumber air yang baik akan menjadikan udang lebih sehat selama proses budidaya.
Menurut Permen KP Nomor 75 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vanamei), kualitas sumber air yang sesuai untuk tambak udang adalah sebagai berikut:


Persiapan Air untuk Budidaya Udang Vaname
I.Sterilisasi air petakan
Sebelum air dimasukkan ke petakan, sebaiknya dilewatkan tandon dulu baru dialirkan ke petakan. Setelah di Petakan dilakukan perlakukan seperti Kaporit, Crustacid dan Saponin untuk mensterilkan air dari kuman dan pirid yang mungkin terbawa dari air laut maupun dari sumur bor.

Untuk sterillisasi persiapan air luas petakan 1000 m2:

- Kaporit : 30-35 ppm atau TCCA atau desinfektan cair
- Crustacid : 1-1,5 ppm
- Saponin : 15-25 ppm (tergantung salinitas)
Kincir dihidupkan 100% pada siang hari. Setelah 2 hari, Dan setelah itu dilakukan sipon untuk membuang suspensi/ sisa bahan sterilisasi dan mengganti air yang terbuang.

II. Pembentukan Plankton/ Aplikasi Probiotik sebelum Tebar Benur.
Selanjutnya untuk membuat kondisi air menyerupai kondisi air di alam maka perlu dihidupkan biota air beruap jasad renik yang terdiri dari bakteri baik. Dalam hal ini, kita menggunakan Probiotik Biovisi.
Aplikasi dengan probiotik yang mengandung bakteri pengurai amoniak, nitrit dari golongan bakteri Nitrifikasi dan Bacillus. 
Untuk menambah efektifitas bakteri di petakan, sebaiknya difermentase dulu dengan bahan organik dengan tujuan untuk menambah bahan organik di dalam petakan, tetapi bahan organik tersebut sudah terurai sempurna untuk menghindari proses penguraian bahan organik yang secara massif di petakan sehingga hal tersebut bisa mengurangi kadar DO (oksigen terlarut) air karena terpakai oleh bakteri dalam menguraikan bahan organik.

Suplai Oksigen Terlarut
Selain air, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan udang. DO di dalam tambak digunakan untuk proses respirasi dan mendegradasi bahan organik juga sisa pakan. Rendahnya kadar DO dalam tambak meningkatkan toksisitas yang berujung pada kematian massal. Suplay DO pada tambak dapat menggunakan aerator, kincir dan nanobubble. Menurut Bagas, petambak udang intensif, penggunaan teknologi nanobubble dapat meningkatkan DO hingga 10-12 ppm, meningkat dua kali lipat dibandingkan  aerator dan kincir yang maksimal DO hanya mencapai 6 ppm. 

Nanobubble merupakan teknologi aerasi modern yang mensuplai oksigen dalam tambak dengan ukuran gelembung nano (80-200 nm). Ukuran gelembung yang kecil sangat stabil dan mampu bertahan lebih lama dalam air sehingga menjaga ketersediaan oksigen terlarut di tambak budidaya udang bahkan saat terjadi krisis DO pada malam hari. Dengan teknologi nanobubble, ketersediaan DO di tambak lebih besar sehingga dapat meningkatkan jumlah padat tebar udang pada tambak budidaya.

Probiotik dan Bahan bahan Fermentase :
-         10 kg katul
-         10 kg tepung kedelai
-         10 kg dolomit 
-         Air 150 liter
-         Molasse 3 liter
-         Biovitagen (multivitamin dan stamino) 200 gram
-         Biovisi Nitro atau Biovisi Multi 3 liter
 

S
etelah semua bahan dimasukkan dalam wadah (sebelumnya bahan katul, tepung kedelai, kalcium) dicampur baru dimasukkan dalam wadah berisi air yang sudah dicampur dengan molases dan Probiotik Biovisi (drum). Selanjutnya Untuk mempercepat proses fermentase, sebaiknya gunakan heater dan aerator untuk menstabilkan suhu di 35oC.
Pengamatan dilakukan setiap 12 jam, dengan mengaduk supaya semua bahan organik bisa terurai/ terfermentase dan  menghindarkan penimbunan yang lama sehingga rentan terjadi pembentukan H2S dan Amoniak.
Pada hari ke tiga atau setelah 2 x 24 jam, biasanya bakteri sudah aktif secara massif terllihat dari munculnya gelembung dari dasar wadah yang naik keatas dan membentuk sejenis buih yaitu hasil oksidasi bakteri.
Setelah 36 atau 48 jam, hasil fermentase sudah bisa diaplikasi ke petakan dengan dosis 40 -50 ppm atau untuk luasan 1000 m2 dengan tinggi air 1 m adalah 400-500 x 0,1 = 40 – 50 liter untuk luasan 1000m3 dan menghidupkan kincir 50 % pada siang hari dan 100% pada malam hari.
Biarkan minimal 7 hari sebelum bibit ditebar dipetakan, dan selanjutnya, pengamatan air dipetakan dilakukan dengan mengukur kecerahan air dan mengamati munculnya jentik nyamuk sebagai pertanda bahwa air sudah organik dan kadar DO (oksigen terlarut) sudah memadai >3 ppm.

Untuk memastikan kualitas air terhadap kadar mineral terutama Ca, Mg dan Salinitas, lakukan pengukkuranya secara teliti. Siapkan Rendaman Mineral (Rendaman berisi serbuk mineral yang dibutuhkan untuk menjaga kualitas air terutama kadar Mineral). 

Rendaman Mineral tersebut, bisa seperti berikut ini :
1.        CaO  : 20 kg
2.        CaMg(CO3)2 : 10 kg
3.        Zeolith (CO3)2 : 10 kg
4.        Molases : 10 liter
5.        Air tawar : 100 liter
6.        Wadah drum isi 200 liter

Cara Pembuatan Rendaman Mineral (RM):
1.        Masukkan 20 kg CaO ke dalam wadah/ tempat pencampuran berkapasitas 100 liter, aduk pelan pelan kemudian biarkan beberapa jam untuk menghindari panas tinggi.
2.        Masukkan CaMg(CO3)2 dan juga Zeolith. Aduk hingga larut sempurna.
3.        Masukkan molase 10 liter, kemudian ditambah air hingga isi +/- 180 liter, aduk dan wadah ditutup, kemudian biarkan 3 x 24 jam dan siap diaplikasi semuanya utk 1 petakan seluas 1000 M2

Kadar Mineral (Ca, Mg dan Salinitas) air juga menentukan dosis aplikasi  RM.
Kalau data mineral air  Alkali dibawah 100, Ca nya dibawah 350 dan Mg nya di bawah 900.. maka dosisnya 50 ppm .. selama 3 hari berturut turut .. hari ke 4 cek lagi datanya.. hari ke 5 menyesuaikan dosis perubahannya.. bisa tdk bergeser lakukan ulang lagi.. klu sudah bergeser naik.. maka dosis bisa dikurangi rendaman Mineral nya.. 
Untuk aplikasi CaCl sebaiknya jangan tunggal tapi dibarengi  MgCl agar terjadi keseimbangan supaya  plankton  tidak mudah drop
Untuk menghitung kadar Ca dan Mg :
Ca = Salinitas x 11,7
Misalnya Salinitas 30 maka
Ca = 30 x 11,7 = 351

Mg = Salinitas x 37
Jika Salinitas = 30 maka,
Mg = 1.110.
Jika unsur Ca <350 maka : Udang kurang lincah dan cenderung kurang selera makan,
Jika unsur Mg kurang (< 900), maka udang mudah kram bahkan terjadi Ngapas dan rentan terkena Myo dan WS.

TDS = total dissolved solid (total mineral Ca dan Mg) dari data diatas maka TDS = 1.461
Ca hardness laut :  12 x salinitas x 2,5
Mg hardness laut : 36 x salinitas x 4,1
Ca hardness kolam : 1,3 x Ca hardness laut
Kalau pake test kit maka Ca dan Mg ion dihilangkan 2,5 dan 4.1 artinya hanya Ca atau Mg x salinitas.
Kalau di lab, biasa titrasi hasilnya hardness.

Dosis Penggunaan Rendaman Mineral (RM) :
1.        Untuk perbaikan air di petakan, aplikasi pada pagi hari dengan dosis 25 ppm.
2.        Untuk Kesehatan udang, aplikasi malam hari dengan dosis 25 ppm
3.        Lakukan sampai semua persediaan habis.
Sebelum penebaran benur, lakukan 1 kali saja, dan setelah penebaran benur, lakukan  sesuai kondisi
 
Selengkapnya Aplikasi Rendaman Mineral (RM)  mulai persiapan sampai panen :
Aplikasi Di Tahap Persiapan
Mulai pembentukan air (kepekatan air) dengan dosis 25 ppm, pada jam 09.00 pagi.
Adapun batasan sampai kapan aplikasi pada pagi hari? Sampai pada kecerahan air petakan 40 cm.
3 hari sblm tebar aplikasi RM 30 ppm dan nanti di Doc 15 bru kasih lgi 3 ppm pagi dan 3 ppm malam ini sifatnya kondisional.
Aplikasi pada Tahap Budidaya
Aplikasi pagi mulai doc 1 hari sampai air terbentuk (kecerahan 35 cm) pada Pagi (09.00)
Jika kondisi kecerahan sudah stabil (berplankton dan mengkilap) maka RM sebaiknya di aplikasikan pada malam hari (21.00) dg dosis 20 - 30 ppm karena tujuannya hanya untuk mengontrol kepekatan plankton
Catatan
Semakin besar udang maka semakin banyak membutuhkan mineral yg terkandung pada Rendaman Mineral utk itu dosisnya perlu ditambah.
Utk mengatasi musim bedinding thn ini. Dimana temperatur dasar petakan bisa sampai 24°C. Dan pada suhu tsb, semua metabolisme kehidupan di kolam seakan kurang maksimal shg dampaknya pada pH, Alkalinitas, Calcium dan Magnesium akan meningkat. Maka dianjurkan utk penggunaan RM jgn melebihi dari 15 ppm.
Selanjutnya, perlu diperhatikan, jika kecerahan kurang dari 30% maka pemberian probiotik dilakukan sesuai kebutuhan (dosis 30 – 40 ppm). Dan jika kondisi sudah normal dimana kecerahan 40 %, plankton sudah terbentuk, proses penguraian bahan organik sudah berjalan baik, proses sipon, pemberian pakan sudah normal, maka untuk mempertahankan kondisi tersebut, lakukan aplikasi-aplikasi berikut al :
-         Pemberian Mineral (RM)  jam 7 malam dosis 25 ppm
-         Pemberian Vitamin jam 7 pagi (dicampur di pakan dosis 3 gram/ kg pakan)
-         Pemberian Probiotik Biovisi setiap 4 – 5 hari jam 11 siang dosis 15 ppm.

 Penggunaan Probiotik Selama Budidaya
 
Untuk mempertahankan jumlah bakteri pengurai di dalam air petakan, maka perlu penambahan probiotik yang disesuaikan dengan kondisi kepekatan plankton.
Jika pada awal persiapan tambak, penggunaan probiotik sudah dilakukan dan hasilnya sudah memadai, maka untuk pemeliharaan penggunaan probiotik tidak perlu lagi difermentase sebelumnya. Sehingga dosis penggunaan sudah bisa disesuaikan dengan dosis yang tertulis di kemasan yaitu 0,5 – 1,5 ppm disesuaikan dengan kondisi kepekatan plankton.

Cara menghitung dosis yang menggunakan satuan ppm (part per milllion).
Cth : Dosis Probiotik Biovisi 0,5 ppm.
Maka kebutuhan untuk luasan 1 ha adalah 10 x 0,5 kg atau 5 kg sekali aplikasi.
Untuk luasan 1000 m2 maka dosis : (serbuk/ cair)
0,5 ppm = 1 x 0,5 = 0,5 kg.
1 ppm = 1 x 1 = 1 kg
1,5 ppm = 1,5 x 1 = 1,5 kg.

Untuk   mempermudah aplikasi supaya lebih merata, maka probiotik bisa diencerkan dengan air sesuai kebutuhan. Misalnya utk luasan 1 ha diencerkan dengan air 100 liter, diaduk lalu ditebar.
Untuk luasan 1000 m2 diencerkan dengan air 20 liter, diaduk lalu ditebar atau sesuai kebiasaan.
Karena pengenceran hanya dilakukan sebentar, maka tidak perlu ada penambahan molase atau baan lainnya.

Cara menaikkan ADG Udang :
1.        Unsur mineral tercukup CaMg dan alkalinitas
2.        Indek dan FR ditingkatkan
3.        Selain itu pake kontrol ancho diperlonggar dikit. Max jam cek 1,5-2 jam dg % ancho 1.5% serta kenaikan pkn/hari 3%-5%
4.        Formula RS Dosis RS dari 20kg tambahkan menjadi 40kg. Kasih ragi 7butir yg sdh dihaluskan. Tambah mikro mineral 5kg. Aplikasi malam rutin. Suhu dini hari yg awalnya 24c. Sekarang jadi 26c.
5.        Tambahkan vitamin dan stamino di pakan.

Bagaimana mengatasi lumpur hitam??
Lumpur hitam adalah akumulasi suspensi, sisa plankton, floc,  dan bahan organik yang menumpuk didasar petakan, tidak terbuang sewaktu sipon dan lama lama berubah warna menjadi hitam.  Ciri ciri air/ lumpur tersebut adalah  berwarna hitam dan berbau amis, Hitam pekat, bau nya anyir seperti bau ikan sidat.
Kondisi anaerobik lumpur tersebut menyebabkan munculnya H2S, Amoniak dan Pirite. Hal ini terjadi karena bakteri pengurai seperti Nitrobakter, Bacillus dll (bakteri aerob) yang diaplikasi dipermukaan air tidak bisa menyentuh ke dasar lumpur karena kondisinya yang hampir tidak mengandung oksigen (anaerob). Sehingga perlu diaplikasi probiotik yang anaerob facultatif atau yang mamupu aktif pada kondisi anaerob dan aerob seperti Bakteri Rhodobakter.


Cara lain untuk mengatasi lumpur hitam adalah dengan menggunakan Bakteri Thiorhodo serbuk, :
Bahan :
1.   Biovisi Thiorhodo 1 kg
2.   Nitribac : 0,5 kg
3.   Tepung terigu/ tapioka 5 kg
4.   Telur ayam 3 butir
5.   Terasi 1 keping
6.   Micin 100 gram
7.   Molase 1 liter.
8.   Air secukupnya (sampai kondisi campuran bahan dan bakteri menjadi gel).

Campurkan Tepung terigu dengan biovisi Thiorhodo dan Nitribac dan diaduk sampai homogen.
Sediakan air 2 liter dan larutkan molase 1 liter, aduk dan siram secara merata ke campuran tepung dan bakteri, diaduk hingga membentuk gel.
Setelah itu bentuk bulatan seperti pentol yang didalamnya dimasukkan kerikil sebagai pemberat lalu dilemparkan/ diletakkan di lumpur yang menjadi sasaran.
Lakukan pengamatan hingga kondisi lumpur sudah berubah artinya, bakteri Thiobacillus dan Rhodobakter sudah menguraikan H2S, Amoniak dan pirid didalam lumpur hitam secara khemoutotroph.
Untuk perawatan selanjutnya, penambahan Rendaman Mineral (mineral) dan Probiotik harus dilakukan secara simultasn sesuai dengan kondisi air yang diinginkan untuk tumbuh kembang udang. 

Pembuatan fermentase Thio-rhodo untuk air petakan adalah seperti  berikut :
1.      Thio Rhodo  1 Kg yang serbuk atau 3 liter kalau menggunakan yang cair.
2.      Nitribac 0,5 kg yg serbuk atau 1 liter kalau menggunakan yg cair
3.      Telur ayam 3 butir
4.      Terasi 1 keping
5.      Micin 100 gram

Telur bersama cangkang, terasi dan micin diblender sampai halus, masukkan ke dalam drum berisi air 50 liter, aduk dan pasang heater dan aerator untuk meningkatkan efektifitas bakteri. Biarkan selama 3 x 24 jam dan siap diaplikasi ke petakan dengan dosis 10 ppm
Aplikasi/ penggunaan  bakteri yang sudah difermentase dilakukan pada jam 10-11 pagi.

Pemilihan Benur
Pemilihan benur menjadi hal yang perlu diperhatikan selanjutnya. Benur yang dipilih harus dalam keadaan sehat dan tidak terkena penyakit sebelum di tebar. Virus dan penyakit yang menyerang benur akan menulari benur yang lain dalam tambak sehingga kemungkinan dapat menyebabkan mortalitas massal.
Selain itu, benur yang dipilih harus memiliki ukuran yang seragam. Umumnya udang akan tumbuh sesuai dengan ukuran awal, jadi apabila benur yang dipilih tidak berukuran seragam maka saat panen pun ukurannya akan tetap tidak sama. Adapun dalam proses panen, udang dilihat dari ukurannya dimana udang diambil secara random sampling dari kolam. Ukuran yang tidak seragam akan menyebabkan perhitungan hasil panen tidak akurat dan menimbulkan kerugian bagi petambak.


Benur yang hendak ditebar juga harus tidak dalam kondisi stress pasca pengiriman. Saat proses pengiriman, benur akan di anestesi sehingga perlu disadarkan terlebih dahulu sebelum ditebar. Proses penyadarannya dapat dilakukan dengan cara memutar-mutar plastik benur. Benur dalam kondisi baik akan melawan arus, sedangkan apabila benur mengikuti arus maka dapat disimpulkan benur tersebut dalam keadaan stress. Benur yang stress tidak boleh langsung ditebar agar meminimalisir tingkat mortalitas. 
Proses pengiriman benur dari hatchery ke tambak menjadi tantangan tersendiri. Oksigen yang diinjeksikan ke dalam kantong benur harus memiliki konsentrasi yang tinggi agar benur tetap hidup selama perjalanan. Teknologi nanobubble telah diterapkan dalam proses pengiriman benur dimana oksigen yang diberikan dapat mencapai 40 ppm. Hal tersebut meminimalisir terjadinya defisit oksigen sehingga meningkatkan survival rate serta mengurangi stress benur akibat proses pengiriman.




No comments:

Tips Foto di Malam Hari dengan Kamera DSLR

 Tips Foto di Malam Hari dengan Kamera DSLR Malam  memang kurang cahaya sehingga terkadang menyulitkan untuk mengambil foto, apapun jenis ...