IKAN BAU TANAH
Untuk memenuhi permintaan pasar, kegiatan budidaya perikanan kini semakin gencar dilakukan. Namun, pernahkah Anda merasakan masakan ikan hasil budidaya itu berasa tanah atau berbau lumpur? Apa penyebabnya dan adakah cara mengatasi bau lumpur pada ikan itu?
Bau lumpur pasti sangat mengganggu dan merugikan, baik bagi konsumen maupun bagi pembudidaya. Daging ikan yang berbau lumpur ini menyebabkan daging terasa kurang enak dan tidak disukai konsumen. Akibatnya, nilai jual dari ikan hasil budidaya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan pembudidaya ikan.
Penyebab bau lumpur
Bau lumpur ditemukan pada beberapa ikan budidaya seperti ikan lele, mas, patin, gurame, nila, dan bandeng. Bau lumpur pada daging ikan atau yang dikenal dengan istilah off-flavours ini disebabkan oleh kondisi perairan yang digunakan untuk budidaya sangat subur.
Dua senyawa kimia yang menjadi penyebab utama bau lumpur pada ikan, yaitu geosmin dan 2-methylisoborneol (MIB). Kedua senyawa ini merupakan metabolit sampingan yang dihasilkan oleh mikroorganisme terutama dari kelompok alga hijau biru (Cyanophyta) seperti Oscillatoria sp. dan Anabaena sp., fungi (Actinomyces), serta bakteri (Streptomyces tendae).
Senyawa tersebut dalam perairan mudah diserap oleh ikan melalui insang dan masuk ke daging kulit, perut dan usus sehingga menyebabkan bau lumpur pada ikan. Senyawa geosmin menyebabkan ikan berasa lumpur, sedangkan senyawa MIB menyebabkan daging ikan berasa apek.
Cara mengatasi bau lumpur
Upaya yang paling mudah dilakukan untuk menghilangkan bau lumpur pada daging ikan hasil budidaya, yaitu dengan melakukan pemberokan. Pemberokan dilakukan pada air jernih yang mengalir selama kurang lebih 1 minggu. Pemberokan dipercaya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan bau lumpur pada daging ikan hasil budidaya.
Ikan yang diberok dalam wadah air jernih yang mengalir dipercaya dapat menghilangkan bau lumpur dalam daging ikan. Arus air yang terjadi selama pemberokan menyebabkan oksigen di kolam meningkat dan sisa-sisa metabolisme ikut terbawa arus keluar kolam.
Kondisi kolam pemberokan yang berarus menyebabkan ikan banyak beraktivitas dan melakukan pergerakan otot. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan energi meningkat. Pada ikan yang diberok, kebutuhan energi berasal dari katabolisme lemak dan protein dari dalam tubuhnya. Meningkatnya kebutuhan energi otomatis akan meningkatkan katabolisme lemak dan protein tersebut.
No comments:
Post a Comment