MENGATASI PERMASALAHAN BUDIDAYA LELE
Bina Insan Perikanan Indonesia (BIPI) Jalan Lembur Km. 3 Cipriangan Desa Semplak Kec. Sukalarang Kabupeten Sukabumi Jawa Barat
www.uftwo.com email : lpkbipi@gmail.com
Assalamu Alaikum Wwb dan Salam sejahtera untuk kita semua !
Masalah budidaya lele bisa kapan saja. Bisa pagi hari, saat baru dijenguk, bisa siang hari saat diurus, bahkan bisa malam hari, saat akan ditinggalkan. Bagi yang sudah tahu solusinya, mungkin itu tidak bakal masalah, tinggal memberi perlakuan saja, semua bakal beres. Namun belum tahu solusinya, harus mengetahui dulu, baru mencoba menerapkannya. BIPI telah merangkum berbagai permasalahan tersebut, berikut solusinya. Moga solusi ini dapat membantu untuk menggatasinya. Berikut solusi lengkapnya :
- Induk tidak matang gonad
Sebelum melakukan pemijahan (alami dan buatan), kita harus melakukan seleksi induk untuk mengetahui kematangannya. Namun terkadang yang ditemui, induk-induk tersebut tidak matang gonad, induk betina tidak bertelur dan jantan belum siap.
Penyebab :
Ada beberapa penyebab mengapa induk-induk tersebut tidak matang gonad :
- Belum cukup umur, tidak mungkin ikan yang masih mudah bertelur, terutama induk-induk yang dihasilkan dari kegiatan sendiri.
- Kurang pakan, sehingga kebutuhan gizi untuk perkembangan telur tidak cukup atau hanya untuk ketahanan tubuh dan pertumbuhan saja
- Jumlahnya kurang, sehingga masa kematangan tidak sesuai dengan jadual kegiatan pemijahan, karena ada selang waktu antara pemijahan ke pemijahan berikutnya.
- Faktor musim.
Solusi :
- Mengunakan induk-induk yang cukup umur atau sudah dewasa, yaitu betina sudah berumur minimal 12 bulan dan jantan 10 bulan.
- Memberikan pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk meningkatkan kualitas telur dan sperma, dapat diselingi dengan daging keong mas dan penambahan telur ayam ataua bebek.
- Menambah jumlah induk sesuai dengan kebutuhan. Pada kondisi normal, induk betina dapat bertelur lagi dalam 6 minggu, sementara jantan kembali siap dalam 3 minggu.
- Soal musim, mungkin manusia tidak bakal mampu mengendalikannya. Biasanya induk lele tidak matang pada pelalihan musim kemarau ke musim hujan, yaitu Bulan Juli dan Agustus.
- Tidak memijah
Pada pemijahan alami, terkadang induk-induk tidak memijah sesuai dengan harapan. Secara ekonomis, kejadian ini memang tidak merugikan, tetapi dapat menghambat proses produksi, pekerjaan yang dilakukan menjadi sia-sia, karena hasilnya nihil.
Penyebab :
Ada berbagai penyebab mengapa induk-induk tidak memijah, diantaranya :
- Kurang teliti dalam seleksi induk, sehingga induk jantan dan betina yang dipilih belum siap pijah
- Kurang paham dalam persiapan kolam, sehingga lingkungan pemijahan tidak mendukung dalam pemijahan
- Kurang strategis dalam memilih lokasi kolam pemijahan, sehinga keadaan lingkungan mengganggu proses pemijahan.
Solusi :
- Lebih teliti dalam memilih induk agar mendapatkan induk-induk yang siap pijah. Lebih detaii, dapat dlihat dalam panduan.
- Lebih teliti dalam persiapan kolam pemijahan agar kondisinya mendukung. Lebih detaii, dapat dlihat dalam panduan.
- Memilih lokasi kolam pemijahan yang strategis agar keadaan lindkungan tidak mengganggu proses pemijahan.
- Telur berwarna putih
Meski memijah, namun terkadang telur-telurnya berwarna putih. Ini pertanda bahwa telur-telur tidak akan menetas, karena telur yang akan menetas berwarna kuning tua dan bening.
Penyebab :
Masalah telur yang berwarna putih ini disebabkan karena induk jantan belum siap pijah. Perlu diketahui, bahwa telur-telur dari induk yang sudah matang gonad juga bisa keluar, meski induk jantan belum siap pijah. Bahkan hanya diberi kakaban saja bisa keluar, karena ada rangsangan.
Solusi :
Lebih teliti dalam seleksi induk jantan agar mendapatkan induk yang siap pijah. Ingat induk jantan yang siap pijah itu, selain bertubuh merah, gerakannya lincah dan alat kelamin berwarna merah juga alat kelamin tersebut menggembung ke ujung alat kelaminnya.
- Daya tetas telur rendah
Daya tetas telur yang rendah artinya larva yang menetas hanya sedikit, jauh dari prakiraan, padahal jumlah telur yang dibuahi atau berwarna kuning tua banyak sekali, namun telur berubah putih dan akhirnya tidak menetas.
Penyebab :
Berubahnya warna telur dari kuning tua menjadi putih dan akhirnya tidak menetas ini disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
- Kualitas telur dan sperma kurang bagus, sehingga telurnya tidak bertahan lama. Ini terjadi akibat jumlah pakannya sedikit dan kualitasnya kurang bagus
- Kualitas air yang kurang bagus sehingga kurang mendukung perkembangan penetasan telur
- Kandungan oksigen dalan yang rendah sehingga suplay oksigen pada telur kurang
Solusi :
- Memberikan pakan tambahan yang cukup dan meningkatkan kualitasnya. Pakan dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mencampurkan 1 butir telur ayam atau bebek dengan 0,5 – 1 kg pakan tambahan. Caranya, pecahkan telur, campurkan ke dalam pakan, aduk rata dan langsung diberikan ke induk.
- Dengan menggunakan air yang berkualitas bagus. Sebelum digunakan, air tersebut diendapkan selama sehari untuk menguapkan gas-gas beracun dan mengendapkan kotoran dan lumpur.
- Dengan memberikan aliran air pada kolam penetasan hingga menetas. Untuk telur yang diteaskan di kolam, setelah menetas, aliran air dihentikan agar tidak menghayutkan larva. Sedangkan untuk telur yang ditetaskan dalam hapa atau hasil pemijahan buatan, aliran itu tidak perlu dihentikan atau mengalir secara kontinyu.
- Setelah menetas, larva mati
Setelah menetas, masalah lain sering terjadi, yaitu larvanya mati. Kejadian ini dapat dilihat dengan jelas dengan mata telanjang, dimana ikan kecil yang telah memiliki organ lengkap terkapar di permukaan kakaban, dasar kolam dan juga hapa.
Penyebab :
Larva yang mati setelah menetas ini dapat menjadi penyebab lain, yaitu airn kolam menjadi bau dan mengganggu kehidupan larva yang lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
- Induk jantan dan betina yang dipijahkan belum cukup umur atau masih sangat muda, sehingga kondisi tubuh larva sangat lemah.
- Kualitas air yang kurang baik sehingga tidak mendukung kehidupan larva, terutama karena airnya memang sudah bau dan mengganggu pernapasannya.
- Kandungan oksigen dalam air yang rendah sehingga pernapasan larva terganggu.
Solusi :
- Menggunakan induk yang sudah cukup umur. Jantan sudah berumur 10 bulan dan betina sudah berumur 12 bulan
- Memberi aliran air pada kolam penetasan telur untuk membuang bau air akibat telur yang tidak menetas. Aliran air ini juga dapat meningkatkan kandungan oksigen.
- Larva mengapung, dengan perut kembung
Larva yang mengapung di permukaan air, dengan perut kembung serta posisi terbalik atau perut di atas sering terlihat di pendederan I atau pemeliharaan larva. Kejadian yang sama sering terjadi di kolam penetasan. Larva-larva tersebut biasanya mengumpul di sudut dan pinnggir kolam. Jika tidak segera ditangani, maka larva-larva tersebut bisa mati.
Penyebab :
Masalah ini disebabkan oleh dua factor, yaitu :
- Suhu air terlalu tinggi. Ini terjadi air di kolam pemeliharaan larva dan kolam penetasan telur terlalu dangkal, sinar matahari yang terik pada waktu-waktu tertentu dengan cepat menaikan suhu air.
- Padat tebar larva terlalu tinggi, sehinggga kandungan oksigen dalam air tidak mencukupi kebutuhan seluruh larva.
- Terlambat memindahkan larva atau larva terlalu lama di kolam penetasan atau lebih dari lima hari, sehingga larva tidak dapat menemukan pakan alami.
Solusi :
- Tinggi air di kolam penetasan dan kolam pemeliharaan larva dinaikan, misalnya dari 25 cm menjadi 30 cm atau 40 cm atau lebih. Pada siang hari diberi aliran air, tapi kecil
- Padat tebar larva dikurangi, sehingga kandungan oksgen cukup untuk kebutuhan semua larva.
- Sebelum 5 hari atau tepat 5 hari, larva segera dipindah ke kolam lain yang sudah disiapkan, lalu diberi pakan, seperti cacing dank utu air.
- Pertumbuhan larva lambat
Setelah beberapa hari ditebar, larva sering tumbuh lambat. Mestinya larva umur seminggu, sudah mencapai ukuran 1 – 1,5 cm, atau umur 14 hari, mestinya larva sudah mencapai ukuran 1,5 – 2 cm, atau umur 21 hari, mestinya larva sudah mencapai ukuran 2 – 3 cm. Tetapi ukurannya jauh lebih kecil.
Penyebab :
Lambatnya pertumbuhan larva dapat disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
- Induk yang dipijahkan berkualitas rendah atau bukan induk unggul, sehingga anak-anaknya juga pasti tidak memiliki genetic yang unggul.
- Padat tebar yang terlalu tinggi, sehingga ruang geraknya sempit dan tidak mendapatkan pakan yang cukup.
- Jumlah pakan yang diberikan kurang dan kualitasnya juga sangat rendah, sehingga gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak memenuhi kebutuhan hidupnya.
Solusi :
- Menggunakan induk unggul, yaitu induk yang dibeli dari institusi resmi atau induk hasil kegiatan sendiri yang telah diseleksi sesuai dengan standar yang disarankan para ahli
- Mengurangi padat tebar, yaitu 1.000 ekor/m2. Namun dalam pelaksanaannya terkadang sulit, kecuali dengan menambah jumlah kolam dan mengurang jumlah induk yang dipijahkan.
- Memberikan pakan yang cukup dan kualitas yang baik. Pakan yang paling baik untuk larva adalah cacing sutra, disusul kutu air dalam populasi yang tinggi.
- Lumut
Lumut terkadang tumbuh di kolam, melekat di dinding dan dasar kolam. Jika tumbuh subur biasanya suka merambah ke bagian tengah. Untuk ikan besar, lumut tidak membahayakan, tapi untuk ikan kecil atau larva yang baru berumur 1 – 2 minggu dapat mematikan. Karena bisa menjadi perangkap, sehingga ikan terjerat, tak bisa bergerak dan akhirnya mati.
Penyebab :
Tumbuhnya lumut dapat disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
- Dasar kolam belum kering
- Ada sisa lumut dari pemeliharaan sebelumnya.
- Menurut beberapa ahli, karena kandungan Nitrogen (N) dalam air yang sangat tinggi, sehingga tidak hanya plankton saja yang tumbuh, tetapi juga lumut.
- Intensitas matahari yang terlalu tinggi, sehingga proses fotosintesa berlebihan
- Permukaan kolam yang kurang bersih, sehingga merangsang pertumbuhan lumut
Solusi :
- Masa pengeringkan kolam ditambah
- Melakukan pengapuran
- Belum ada yang praktis untuk mengurangi kandungan Nitrogen
- Mengurangi intensitas sinar matahari dengan memasang paranet pada bagian atas kolam atau di bawah atap greenhouse. Bisa juga dengan menggunakan atap yang agak gelap, misalnya atap yang berwarna biru, tapi sinar matahari tetap masuk.
- Tinggi air kolam ditambah.
- Membesihkan permukaan kolam hingga tidak tersisa kotorannya, kemudian menyiram dengan air garam pasar, dengan dosis 100 gram/m2.
- Kecebong
Jangan sepelekan kecebong dalam pemeliharaan lele. Meski bukan hama, tetapi anak kodok sangat mengganggu, terutama dalam pembenihan, mulai dari tebari larva hingga benih ukuran 3 – 5 cm. Selain pesaing dalam mendapatkan ruang hidup, oksigen dan pakan juga sangat menyulitkan saat sortir, karena ukurannya bisa sama dengan ukuran benih.
Penyebab :
Munculnya kecebong karena kodok atau induk kecebong masuk ke kolam dan kawin di sana. Masuknya kodok karena disebabkan karena :
- Pematang kolam yang terlalu rendah atau memang kolamnya dibuat dalam tanah, atau tidak memiliki pematang yang tinggi.
- Kodok juga bisa masuk melalui pintu pembuangan air atau inlet. Rupanya kodok berusaha untuk mencari tempat untuk kaein, dengan melalui pipa pembuangan dan akhirnya keluar atau kasuk ke kolam melaului outlet kolam.
- Tidak mengambil atau membersihkan telur kodok yang ada di kolam, sehingga telur-telurnya dibiarkan menetas di kolam.
Solusi :
- Membuat pematang kolam yang tinggi, lebih tinggi dari lompatannya.
- Menutup inlet dan outlet dengan saringan
- Mengontrol kolam setiap pagi dan mengambil telur kodok
- Mati dengan perut terkoyak
Mati dengan perut terkoyak sering dijumpai pada kolam pendederan I atau kolam pemeliharaan larva. Biasanya ini terjadi pada umur 7 – 10 hari dari tebar larva. Ikan-ikan mengambang dengan tubuh sudah berwarna putih. Bila dibiarkan, maka kematian semakin banyak dan akhirnya tingkat kehidupannya rendah.
Penyebab :
Jika menemukan ikan mati dengan perut terkoyak, sudah pasti kematian itu disebabkan oleh UCRIT, khewan sejenis udang-udangan. Khewan ini bisa dilihat jelas pada siang hari, berenang di tengah dan pinggir kolam. Pada malam hari, hewan ini dapat diundang dengan senter, karena ini suka dengan sinar. Tubuhnya beruas-ruas, kaku dan berwarna coklat kehitaman, dengan bentuk tubuh panjang dan bulat.
Solusi :
Ucrit sulit dicegah, meski airnya telah disaring. Untuk memberantas ucrit sangat mudah, yaitu dengan menggunakan minyak jelantah, atau minyak bekas menggoreng ikan asin (peda). Caranya, siapkan minyak jelantah, siapkan senter, sinari permukaan air kolam dengan senter, biarkan selama minimal 15 menit, biasanya ucrit akan menghampiri dan berkumpul di sana, teteskan minyak jelantah (cukup setetes saja), coba perhatikan, ucrit akan memakan minyak yang terapung di permukaan air, dalam beberapa saat, tubuhnya akan mengeliat, tenggelam ke dalam air dengan perut di atas dan akhirnya mati. Ucrit yang mati dapat dilihat pada pagi hari, terapung di permukaan air kolam.
- Kulit air
Kulit air suka muncul di permukaan air, terutama di kolam pendederan I atau kolam pemeliharaan larva dan kolam pendederan selanjutnya. Lapisan itu dapat menghalangi intensitas sinar matahari, sehingga suhu air kolam menjadi rendah. Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan ikan dan menjadi sarang penyakit. Tak hanya itu, kulita air yang menutupi permukaan air kolam dapat mengganggu pada saat pemberian pakan tambahan. Pakan yang berupa tepung tidak menyebar seperti yang diharapkan, bahkan banyak tersangkut di permukaan kulit air. Akibanya, lele tidak bebas mengambil pakan, karena terhalang.
Penyebab :
Kulit air dapat disebabkan oleh debu. Debu yang setiap saat masuk ke kolam akhirnya tertumpuk menjadi sebuah lapisan. Jika dibiarkan, lapisan itu akan berlapis-lapis dan terus menghalangi intensitas sinar matahari.
Solusi :
Untuk menghilangkan kulit air sangat mudah. Tinggal memberikan aliran air saja. Tidak perlu besar, dengan aliran kecil saja, karena aliran yang telalu besar dapat menghanyutkan ikan. Agar ikan tidak hanyut, maka pengaliran air dilakukan pada siang hari. Karena pada saat itu, ikan cenderung berada di dasar kolam atau menghindari sinar matahari. Dengan aliran air tersebut, maka kulit air akan terbawa arus dan keluar melalui outlet. Untuk lebih mempercepatnya, maka air permukaan dekat inlet ditaburi dengan dedak halus atau tepung ikan, maka secara otomatis kulit air akan terdorong ke arah outlet. Setelah dibuang, permukaan air kolam Nampak bersih, sehingga sinar matahari kembali bisa menembus dan memberi pakan lebih mudah.
- Penyakit perut kembung
Benih lele yang berenang terbalik biasanya terserang penyakit perut kembung. Penyakit ini menyerang benih lele yang berumur 12 - 14 hari dari larva dan telah mencapai ukuran 1,5 – 2 cm. Benih tersebut sering disebut dengan istilah larva malik atau benih lepas cacing. Jika benih banyak yang terserang, maka benih-benih yang kembung terlihat jelas di permukaan kolam.
Penyebab :
Penyakit kembung dapat disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
- Kurang teratur waktu pemberian pakan tambahan, sehingga terjadi kekosongan bahan makanan yang harus dicerna, sehingga ususnya terluka. Luka tersebut membengkak saat diberi pakan tambahan dan bengkak itu hingga keluar tubuh.
- Pakan tambahan yang terlalu keras, sehingga usus tidak kuat untuk mencernanya, sehingga terluka. Selain itu juga pakan yang keras akan mengembang dalam usus, sehingga membengkak hingga keluar tubuh.
Solusi :
- Teratur dalam pemberian pakan, sehingga usus ikan tidak kosong. Misalnya pagi pukul 06,.00 siang pukul 12.00, sore pukul 15.00, malam pukul 19.00 dan pukul 22.00
- Diberi pakan tambahan berupa pasta atau adonan. Caranya, campur tepung ikan dan dedak halus (1 : 1), tambah air bersih, biarkan 15 menit, masukan ke dalam corong cacing atau ditempel di di dinding kolam. Jenis pakan ini sangat lembeut dan tidak akan mengembang dalam perut.
- Kumis buntung
Beberapa lele berkumis buntung suka terlihat sebelum memberi pakan tambahan, diam dekat pematang atau sudut kolam. Jumlahnya akan lebih banyak saat diberi pakan tambahan. Ini akan menjadi pertanda serangan awal penyakit bintik putih (white spot) atau istilah lain “ gantung di permukaan “. Penyakit ini biasanya menyerang ikan yang berukuran benih berbagai ukuran.
Penyebab :
Lele yang berkumis buntung dapat disebabkan kualitas air. Ini terjadi oleh beberapa factor, diantaranya :
- Tidak melakukan persiapan kolam yang baik, sehingga kondisi air kolam kurang cocok bagi kehidupan lele
- Jumlah kotoran ikan dan sisa pakan dalam kolam sudah banyak, sehingga menimbulkan bau air dan sarang berbagai penyakit.
Solusi :
- Melakukan persiapan kolam yang baik, yakni melakukan pemupukan, setelah kolam dikeringkan beberapa hari, dengan pupuk higeinis dosis 1 kg dedak untuk 10 m3 air.
- Mengganti sebagian air kolam dengan air baru (air sumur/air kali yang bersih), namun air yang dibuang harus dari dasar kolam atau air dasar.
- Gantung di permukaan
Seperti diulas sebelumnya, kumis buntung merupakan awal dari penyakit “ gantung “, tentu saja jika tidak ditangani dengan segera. Penyakit ini juga menyerang berbagai ukuran ikan. Ikan yang terserang, selain kumisnya dan ekornya buntung juga bagian tubuhnya berbintik putih. Jika sudah parah, maka kulitnya akan terkelupat, karena lender dalam kulitnya habis.
Penyebab : Sama dengan “ penyakit kumis buntung “
Solusi : Sama dengan “ penyakit kumis buntung “. Namun jika sudah terlalu parah, maka ikan harus di pindahkan ke kolam baru, caranya siapkan kolam yang sudah dikeringkan, isi air sumur setinggi 30 – 40 cm (jangan air kali), tebar ikan, lalu beri pupuk higeinis (PH), dosis sama. Insyaallah dalam 2 – 3 hari sudah sembuh. Selama pengobatan, ikan diberi pakan tambahan, tapi sekedarnya, karena napsu makannya juga sangat rendah.
- Penyakit borok
Bercak-bercak putih dan merah pada tubuh merupakan tanda bahwa ikan lele telah terserang penyakit borok. Penyakit ini biasanya terjadi pada pembesaran, menyerang ikan berukuran agak besar, yaitu ukuran 9 – 10 cm hingga ikan konsusmsi. Jika tidak ditangani, tubuhnya bisa melepuh dan hancur, karena borok tersebut menebar ke bagian tubuh yang lain.
Penyebab :
Penyakit borok disebabkan oleh kualitas air yang sangat buruk. Ini terjadi karena kotoran dan sisa pakan tertumpuk di dasar kolam. Dampak awal dari keadaan itu, air kolam menjadi bau akibat adanya proses pembusukan yang tinggi. Bau air, selalu sangat menggangu pernapasan juga akan menadi sarang penyakit, terutama bakteri.
Solusi :
Penyembuhan penyakit borok bisa dilakukan di kolam. Pasang saringan pada outlet, seluruh air kolam dibuang, setelah kolam kering, semua kotorannya (dasar dan dinding), disemprot atau disiram dengan air bersih. Setelah itu, kolam diisi air baru (air sumur jangan air kali) hingga ketinggian 30 - 40 cm, lalu diberi pupuk higeinis (PH) sesuai dosis.Penyembuhan penyakit borok bisa juga dengan dipindah ke kolam lain, yang telah diisi air sumur setinggi 30 - 40 cm, setelah ikan yang sakit ditebar, lalu beri PH sesuai dosis.
Penyembuhan ini dapat lebih lama dari penyakir gantung di pemukaan, yaitu antara 5 – 6 hari. Tetapi, terkadang juga bisa cepat, sama seperti penyakit gantung dipermukaan, yaitu 3 - 4 hari. Karena napsu makan ikan yang borok tetap tinggi, maka selama pengobatan, ikan diberi pakan tambahan, tapi jumlahnya dibatasi.
- Benih teller saat ditebar
Pasti kaget bukan main, jika ini terjadi. Karena benih atau larva yang dibeli atau telah lama dipelihara kemungkinan mati. Tentu saja bukannya untung tapi bakal rugi, seprti membuang uang saja.
Penyebab :
Telernya benih yang baru ditebarkan ini disebabkan karena suhu air kolam dan suhu air dalam wadah angkut tidak sama. Kejadian ini dapat disebabkan oleh berbagi kesalahan, diantaranya :
- Menebar benih pada siang hari. Suhu air yang telah terkena sinar matahari pasti sangat tinggi, berbeda dengan suhu air pada alat angkut.
- Ikan yang diangkut tiba di kolam pada siang, sehingga benih-benih tersebut harus ditebar. Jika tidak, maka akan kehabisan oksigen.
- Tidak menyamakan dulu antara suhu air di kolam dan suhu air pada alat angkut, sehingga ikan kaget
Solusi :
- Menebar benih pada pagi hari, yaitu pada saat suhu airnya rendah
- Mengatur waktu pengangkutan ikan agar tiba di lokasi pada pagi hari
- Menyamakan dulu antara suhu air di kolam dan wadah angkut, yaitu dengan menyimpan dulu alat angku di kolam yang akan ditebari ikan dan memasukan dulu air kolam ke wadah angkut hingga suhunya sama.
- Bau air
Bau air kolam pembesaran sangat mengganggu lingkungan. Selain di sekitar kolam juga bisa tercium hingga puluhan meter. Akibatnya dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Karena adanya protes dari masyarakat atau tetangga. Tak sedikit pula pembudidaya yang akhirnya harus menghentikan atau menutup usahanya.
Penyebab :
Bau kolam air pada kolam disebabkan oleh kotoran ikan dan sisa pakan yang menumpuk di dasar selama berhari-hari. Keduanya akan membusuk dan menimbulkan gas yang sangat bau, yaitu H2S dan Amoniak.
Solusi :
Membuang air 75 persen air kolam, namun air yang terbuang harus air dasar kolam, lalu menggantinya dengan air baru. Selanjut diberi pupuk higeinis sesuai dosis. Penggantian itu harus sering dilakukan, misalnya tiga hari sekali atau ketika tercium air mulai bau. Bisa juga dengan menggunakan kolam BIPI, yaitu kolam yang memiliki safty tank.
- Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan ikan yang lambat sangat merugikan, baik secara ekonomis, waktu dan perlakukan. Pakan yang boros, biaya produksi yang tinggi, masa pemeliharaan yang panjang, butuh tenaga yang ektra dan berbagai kerugian lainnya. Tentu saja ini sangat tidak diharapkan karena sering membuat pembudidaya jadi kesal.
Penyebab :
- Kulaitas induk yang rendah atau induk yang tak jelas asal-usulnya, sehingga menurunkan kualitas benih yang rendah.
- Benih yang ditebar merupakan sortiran terakhir atau ukuran terkecil dalam sebuah populasi atau benih afkir yang dijual produsesnnya.
- Sistem pemeliharaan yang kurang baik, termasuk persiapan kolam, pengaturan padat tebar dan pengelolaan kualitas air selama masa pemeliharaan.
- Pakan, baik jumlah pakan maupun kulaitasnya, sehinga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan kurang atau hanya cukup mempertahankan tubuh saja.
Solusi
- Menggunakan induk yang berkualitas tinggi, yaitu induk lele sangkuriang. Induk itu bisa dipesan ke Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.
- Menggunakan benih yang berkualitas tinggi atau benih paling besar dari sebuah populasi atau benih grade pertama. Jika benih hasil membeli bertanda dengan kulitnya yang lebih halus dan warna kulit yang agak transparan.
- Melakukan pemeliharaan yang baik, yaitu system pemeliharaan sesuai anjuran, padat tebar dikurangi dan pengelolaan air yang baik selama masa pemeliharaan.
- Memberi pakan yang cukup dalam jumlah, yaitu sekitar 3 persen/hari. Selain itu kulaitas pakannya harus tinggi yaitu mengandung 30 persen protein.
< SELAMAT MENCOBA >
No comments:
Post a Comment