Cara Budidaya Semi Intensif Pembesaran Ikan Nila
Ikan nila menjadi salah satu komoditas penting ikan perairan tawar. Ikan nila banyak digemari dikalangan masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya itu, budidaya ikan nila yang tergolong mudah menjadikan ikan satu ini pesat dikembangkan di berbagai tempat. Bahkan pengembangan ikan dari sisi genetik juga terus dilakukan demi mendapatkan varietas ikan nila yang baik. Korversi lahan yang terus terjadi menjadikan budidaya ikan terkena imbasnya. Lahan dirasa semakin sempit dan berkurang untuk pengembangan budidaya ikan. Di sisi lain kebutuhan terhadap ikan nila terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sumber protein dengan cukup. Oleh karena itu harus ada upaya pengembangan cara budidaya sehingga lebih efektif dan efisien.
Sebelum melakukan pemeliharaan ikan, terlebih dahulu di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat dan bahan meliputi kolam tanah atau semen dangan pinggiran atau pematang semen. Cangkul jika menggunakan dasaran tanah, pompa air, dolomit secukupnya dan pupuk kandang secukupnya.
Tata Laksana Budidaya
Persiapan Kolam
Terlebih dahulu kolam dikeringkan, jika kolam berupa dasaran tanah maka lakukan hingga tanah terlihat retakan-retakan. Pengeringan dapat dilakukan selama 8 hari. Jika kolam dasaran tanah maka selama proses pengeringan tanah di balik atau bagian muka kolam di angkat setinggi 5-10 cm (Prihatini, 2014). Pembalikan atau pegangkatan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan bahan organik di dasar kolam serta dapat meninggikan pematang dan mengetahui/menutup kebocoran pematang.
Pengapuran Kolam
Selama proses pengeringan dilakukan, bersamaan dengan itu pemberian kapur dilakukan. Kapur berupa dolomit dengan dosis 50 g/m2 (SNI, 1999). Pengapuran dilakukan selama maksimal 7 hari. Pengapuran dilakukan untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan meningkatkan kesadahan kolam.
Pemupukan Kolam
Setelah pengapuran dilakukan, kolam diisi menggunakan air setinggi kira-kira 30 cm. Kemudian pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kandang. Pemupukan pertama dilakukan pada saat setelah kolam dikeringkan dan pemupukan berikutnya dilakukan ditengah-tengah pemeliharaan ketika air menjadi terlalu bening atau usai terjadi banjir lokal. Hal ini dilakukan bergantung pada kondisi masing-masing kolam. Pemupukan pertama ditaburkan keseluruh kolam sebanyak 150 g/m persegi (SNI, 1999). Kemudian sebanyak 5 kg (jika kolam berukuran 12x8 m) diletakan dibawah inlet. Peletakan ini dilakukan untuk membentuk sari-sari pupuk agar badan perairan mendapatkan nutrisi secara merata. Kemudian di diamkan kurang lebih 3 hari hingga fitoplankton terbentuk. Setelah itu air kolam dipenuhkan hingga batas masing-masing kolam yang digunakan.
Pemeliharaan Ikan
Ketika kolam sudah siap maka benih ditebar pada kolam dengan proses aklimatisasi terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan agar ikan dapat menyesuaikan dengan lingkungan perairan yang baru. Padat tebar ikan yang digunakan 30 ekor/m persegi, jika berani maksimal hingga 50 ekor/m persegi. 30 ekor dengan harapan dapat hidup maksimal dan asumsi panen 250-300 gram/ekor. Pakan yang digunakan ialah pelet berupa HI PRO-VITE 781-2 atau 3 dengan dosis pakan 3% dan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari. Ini dilakukan hingga pemanenan ikan.
Kualitas Air
Kualitas air setiap harinya diukur dengan DO meter (oksigen), pH meter (pH), Termometer (Suhu) dan Secchi disk (Kecerahan) pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas air yang baik bagi ikan. Tingkat oksigen terlarut yang baik bagi pembesaran ikan nila ialah 4,20 - 6,34 mg/L (SNI 7550:2009). pH yang baik untuk pembesaran ikan nila berkisar antara 6,4 - 6,6 (SNI 7550:2009). Kecerahan yang baik antara 31-32 cm (SNI 7550:2009). Suhu yang baik rata-rata sebesar 27,7 - 29,3 derajat celsius (SNI 7550:2009). Jika kualitas air sesuai dengan kebutuhan hidup ikan, kemungkinan kecil terkena penyakit.
Pemanenan dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pasar. Sehingga ikan dipilih berdasarkan berat yang diminta atau dipesan. Pemeliharaan masing-masing akan berbeda-beda bergantung kondisi wilayah, peralatan yang ada dan luasan lahan yang dimiliki. Sehingga penjelasan berupa prinsip-prinsip tersebut diterapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Parameter Kualitas Air Yang Perlu Diperhatikan Lengkap
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kualitas air ialah suatu ukuran kondisi perairan ditinjau dari aspek fisika, kimia biologi. Tentunya kualitas air yang dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tanaman berbeda-beda. Kualitas air antara ikan yang terhitung masih satu jenis saja berbeda, apalagi jika sudah berbeda jenisnya. Berikut parameter kualitas air bagi perikanan yang perlu diperhatikan.
- Suhu
Suhu memiliki peran yang sangat penting bagi proses kehidupan dan organisme di dalamnya. Proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit karena merupakan kehidupan yang sangat vital. Biota perairan dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak secara optimal pada suhu air yang sesuai (Muhtadi, 2008). Suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ialah lama penyinaran matahari, pertukaran suhu antara air dengan lingkungan air, ketinggian geografis dan banyaknya kanopi. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor aktivitas (Sudarmadji et al., 2009)
- Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan alat bernama secchi disk dengan satuan centimeter atau meter. Kekeruhan pada perairan yang tergenang seperti danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan terlarut berupa koloid dan partikel-partikel halus. Kekeruhan pada sungai lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan terlarut yang berukuran lebih besar seperti lapisan permukaan tanah yang hanyut oleh aliran airpada saat hujan (Effendi, 2003). Kecerahan adalah tingkat penetrasi cahaya matahari di suatu perairan yang dinyatakan dengan stuan panjang. secchi disk merupakan piringan yang diberi warna hitam dan putih yang dihubungkan dengan tali pegangan mempunyai garis-garis skala (Sudaryanti, 2009).
- Kedalaman
Kedalaman air merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah diwilayah pesisir seperti erosi, pertamabakan, stabilitas garis pantai, pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan (Simanjuntak, 2009). Kedalaman sangat berpengaruh pada kualitas perairan tersebut. Perairan dangkal akan lebih mudah terjadi pengadukan dasar karena adanya pengaruh dari gelombang sedangkan pada kedalaman perairan lebih dari 3 meter dari dasar jaring (Muhtadi, 2008).
- Kecepatan Arus
Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal maupun horizontal sehingga menuju keseimbangan atau dapat dikatakan gerakan air yang sangat luas terjadi di seluruh perairan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan oleh angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang (Andriani, 2014).
- Salinitas
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai dan saluran air alami sangatlah kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu air dikartegorikan sebagai air payau atau menjadi saline apabila konsentrasinya 3-5%. Lebih dari itu disebut brine (Djoko, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu penguapan air dan curah hujan. Semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapannya maka kadar garamnya rendah. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan menjadi rendah dan sebaliknya semakin kecil curah hujan maka salinitasnya tinggi. Banyaknya sungai bermuara ke laut juga menjadikan salinitas laut tersebut rendah dan sebaliknya apabila sedikit sungai yang bermuara ke laut maka salinitasnya tinggi (Andrianto, 2005).
- Dissolve Oxygen
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik terutama untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme (Suin, 2002). Oksigen terlarut atau dikenal dengan dissolved oxigen (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat kemudian menghasilkan energi baik untuk pertumbuhan atau pembiakan. Kecepatan difusi oksigen dari udara terjadi karena beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa dan udara, arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005). DO yang menjadi ukuran banyaknya oksigen terlarut dalam air biasa diukur dalam satuan miligram perliter (mg/l). Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan udara yang masuk ke dalam air. Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Suhu 20 derajat celsius (tekanan udara satu atmosfer) misalnya, kosentrasi DO dalam keadaan jenuh 9,2 ppm dan suhu 50 derajat celsius (tekanan udara sama) kosentrasi DO adalah 5,6 ppm (Manik, 2000).
- Nitrat dan Fosfat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi merupakan proses penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung aerob (Effendi, 2003). Saat kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrat melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga kembali membentuk ammonium melalui proses fiksasi (Barus, 2001). Menurut Winanto (2004) kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan. Kandungan fosfat 0,1011 - 0,1615 miugram/liter merupakan batas fosfat berbentuk orthofosfat, organofosfat atau senyawa organik dalam bentuk protoplasma dan polifosfat atau senyawa organik terlarut (Sastrawijaya, 2000). Fosfat dalam bentuk larutan dikenal dengan orthofosfat dan merupakan bentuk fosfat yang digunakan oleh tumbuhan dan fitoplankton. Oleh karena itu, dalam hubungan dengan rantai makanan di perairan orthofosfat terlarut sangat penting (Boyd, 1981). Fosfat terlarut biasanya dihasilkan oleh masukan bahan organik melalui darat atau juga dari pengikisan bantuan fosfor oleh aliran air dan dekomposisi organisme yang sudah mati. Bakumutu konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015 mg/l (KLH, 2004).
- pH
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH (singkatan dari pluscane negatif H) yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. pH air menunjukan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH= -log (H+) (Kordi dan Tancung, 2007). Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya pyrite (FeS2) dalam air (Manik,2003). Perairan dengan kondisi asam kuat akan menyebabkan logam berat seperti alumunium memiliki mobilitas yang meningkat dan karena logam ini bersifat toksik maka dapat mengancam kehidupan biota, sedangkan keseimbangan amonium dan ammonia akan terganggu apabila pH air terlalu basa. Kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi ammonia yang juga toksik terhadapt biota (Wahyuni, 2008).
- Klorofil-a
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya, nutrien terutama nitrat, fosfat dan silikat. Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Hatta, 2002).
- Fitoplankton
Fitoplankton merupakan plankton nabati yang terdiri dari alga mikroskopis (Sachlan, 2002). Fitoplankton memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai pemasok oksigen utama bagi organisme akuatik. Mengubah zat anorganik menjadi zat organik, sebagai sumber makanan bagi zooplankton, menyerap gas-gas beracun seperti NH3 dan H2S. Sebagai indikator tingkat kesuburan perairan, sebagai indikator pencemaran contohnya Skeletonema sp. akan melimpah di perairan dengan kadar nutrisi tinggi. Dapat menjadi penyedia zat antibiotik seperti penisilin dan streptomisin contohnya pada Asterionella japonica dan Asterionella notata. Fitoplankton pada lingkungan bahari terbagi dalam dua kategori utama yaitu diatom dan dinoflagelata (Sediadi dan Sutomo, 2000).
Parameter tersebut biasa diukur pada perairan umum seperti waduk, danau atau lautan. Untuk perikanan budidaya biasanya hanya mengukur DO, Suhu, pH, Salinitas (jika berair payau atau asin) dan ammonia jika diperlukan. Selebihnya terdapat parameter lain seperti kandungan S dan Fe di air atau kandungan Ammonia perairan. Parameter biologi juga biasanya menambahkan jumlah gastropoda dan macrobenthos perairan.
Mengenal Varietas Ikan Nila Lengkap
Perkembangan budidaya ikan nila sangatlah pesat. Ini dikarenakan ikan nila salah satu komoditas penting perikanan tawar yang diminati di berbagai negara di dunia. Perkembangan budidaya ini seringkali tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas genetik ikan tersebut. Indikasi dari penurunan kualitas genetik ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat, tingkat kematian tinggi, dan matang kelamin usia dini (Arifin et al., 2007). Penurunan keragaman genetik yang terjadi pada usaha budidaya ikan nila menunjukkan laju yang jauh lebih cepat karena ikan nila memiliki sifat overbreed yaitu cepat matang gonad dan sangat mudah kawin. Sifat overbreed tersebut sangat merugikan karena dapat menyebabkan terjadinya inbreeding (Tave, 1986). Karena sifat inilah kemudian para peneliti melakukan seleksi breeding demi mendapatkan jenis ikan yang baik kualitasnya. Namun seleksi breeding ini menjadikan obsesi tersendiri sehingga memunculkan varietas-varietas ikan nila baru. Berikut varietas lengkap yang telah ada berdasarkan keputusan pemerintah:
- Ikan Nila Gesit
Ikan nila Gesit berasal dari Ikan nila GIFT di BPBAT Sukabumi. Ikan nila Gesit memiliki warna hitam atau gelap. Deskripsi morfometrinya untuk panjang total (PT) 30 – 31,5 cm. Panjang standar (PS) 24 – 25 cm. panjang kepala relatif (terhadap PS) 32,00 – 33,33%. Tinggi badan relatif (terhadap PS) 42,00 – 44,00 %. Tebal badan relatif (terhadap PS) 11,33 – 13,33 %. Tinggi kepala relatif (terhadap PS) 40,00 – 41.67%. (Kepmen KPRI NOMOR KEP. 44/MEN/2006).
Ikan Nila GESIT (Carman dan Sucipto, 2009)
2. Ikan Nila Salina
Ikan yang digunakan untuk program seleksi bersumber dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Metode pemuliaan yang digunakan ialah Diallel Cross atau Persilangan Resiprokal. Ikan yang digunakan untuk hibridisasi ialah Induk Betina (Red NIFI) sebanyak 1508 ekor (200 g) dan Induk Jantan (Sukabumi) 599 ekor (≥ 250 g). Morfometri yang dihasilkan bagian kepala mirip varietas Sukabumi, lebih tinggi dari Red NIFI. Bagian sirip ekor lebih pendek dari varietas Red NIFI maupun Sukabumi. Bagian tebal tubuh lebih mendekati varietas Sukabumi dibandingkan Red NIFI (Kepmen KPRI NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014).
3. Ikan Nila Nilasa
Merupakan hasil seleksi individu Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan, Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Warna tubuh ikan nila Nilasa merah terang dan warna bagian bawah tutup insang merah dan kekuningan. Bobot ukuran dewasa 393,38 ± 64,3. Panjang ukuran dewasa (cm) 26,33 ± 0,783. Panjang standar (cm) 23,27 ± 0,43. Panjang kepala (cm) 6.14 ± 0,39. Tinggi batang ekor (cm) 2,87 ± 0,22. Tinggi Badan (cm) 9.592 ± 0,65. Rasio panjang standar/tinggi badan (cm) 2,43 ± 0,23 (Kepmen KPRI KEP.47/MEN/2012).
4. Ikan Nila Anjani
Ikan nila Anjani sebagai jenis ikan baru yang merupakan hasil seleksi individu Balai Pembenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Aik Mel, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Warna tubuh/sisiknya abu-abu kecoklatan atau kehijauan. Warna bagian bawah tutup insang abu kehijauan. Warna perutnya putih keabuan. Panjang total 24,97 ± 1,11 cm. Panjang standar 19,85 ± 0,67 cm. Panjang kepala 6,54 ± 0,32 cm. Tinggi badan 8,01 ± 0,40 cm. Lebar mata 1,31 ± 0,03 cm. Rasio panjang standar/tinggi badan 2,48 ± 0,09 cm. Rasio panjang standar/panjang kepala 3,04 ± 0,07 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.46/MEN/2012).
5. Ikan Nila Pandu
Induk Ikan nila Jantan Pandu sebagai jenis ikan baru yang merupakan hasil seleksi individu Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti, Dinas Kelautandan Perikanan, Provinsi Jawa Tengah. Asal induk didatangkan dari PT. Aquafarm Nusantara pada tahun 1997 dan sudah beradaptasi dengan lingkungan Janti. Warna punggung, badan, warna perut dan warna overculum ikan Nilla Pandu ialah putih. Ikan nila Pandu memiliki karakter morfometrik panjang total 35,52 ± 3,65 cm. Panjang standar 27,37 ± 3,43 cm. Panjang standar/tinggi badan 2,42 ± 0,27 cm. Panjang standar/panjang kepala 2,89 ± 0,32 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.48/MEN/2012).
6. Ikan Nila Kunti
Induk Ikan nila Betina Kunti sebagai jenis ikan baru yang merupakan hasil seleksi individu Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti, Dinas Kelautandan Perikanan, Provinsi Jawa Tengah. Asal induk didatangkan dari BBIS Ngrajek pada tahun 1997 dan sudah beradaptasi dengan lingkungan Janti. Warna punggung, badan dan warna overculum ikan nila Kunti ialah hitam. Warna perutnya ialah putih. Panjang total 33,13 ± 3,13 cm. Panjang standar 26,62 ± 3,02 cm. Panjang standar/tinggi badan 2,45 ± 0,30 cm. Panjang standar/panjang kepala 3,07 ± 0,31 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.48/MEN/2012).
7. Ikan Nila Nirwana
Ikan nila Nirwana I merupakan hasil pemuliaan Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar Wanayasa, sebagai komoditas budidaya air tawar. Nila Nirwana I dihasilkan dari proses penangkaran selektif ikan nila strain GIFT dan GET dengan metoda seleksi famili. Keunggulan ikan ini ialah relatif tahan terhadap Streptococcus. Memiliki warna punggung abu-abu kehijauan, warna perut putih keabu-abuan dan warna operculum abu-abu kehijauan. Karakter morfometriknya ialah panjang total 22,00 – 30,23 cm. Panjang baku 17,50 – 23,73 cm. Tinggi badan / Panjang baku 43,42 – 44,30%. Panjang kepala/panjang baku 30,37 – 31,42 % (Kepmen KPRI NOMOR KEP. 45/MEN/2006).
8. Ikan Nila Nirwana II
Ikan nila Nirwana II merupakan hasil pemuliaan Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar Wanayasa, sebagai komoditas budidaya air tawar. Ikan nila Nirwana II memiliki karakter warna punggung abu-abu kehijauan, warna perut putih keabu-abuan, warna operculum abu-abu kehijauan. Nila Nirwana II juga memiliki ketahanan yang sangat baik pada penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus. Morfologi ikan Nirwana II dewasa untuk panjang total 23,50 – 35,50 cm. Panjang Baku 18,00 – 31,00 cm. Tinggi badan / panjang baku 44,00 – 46,90%. Panjang kepala / panjang baku 28,00 – 30,50% (Kepmen KPRI NOMOR KEP.23/MEN/2012).
9. Ikan Nila Nirwana III
Ikan nila (Oreochromis niloticus) Nirwana III merupakan hasil seleksi famili yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas, Wanayasa, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat. Warna ikan nila Nirwana III ialah abu-abu (moss grey). Panjang standar ikan nila Nirwana III Jantan 22.18 cm dan Betina 19.62 cm. Keunggulan ikan nila Nirwana III ialah tahan terhadap Streptococcus agalactiae. Deskripsi morfometriknya ialah panjang total rataan jantan 26,56 ± 1,53 cm dan rataan betina 24,17 ± 1,82 cm. Untuk panjang standar rataan jantan 22,18 ± 1,31 cm dan rataan betina 19,62 ± 1,23 cm. Panjang kepala rataan jantan 6,09 ± 0,67 cm dan rataan betina 5,42 ± 0,67 cm. Tinggi badan rataan jantan 8,95 ± 0,62 cm dan rataan betina 8,12 ± 0,88 cm. Tebal badan rataan jantan 3,37 ± 0,37cm dan rataan betina 3,40 ± 0,28 cm. Tinggi kepala rataan jantan 7,75 ± 0,61 cm dan rataan betina 6,90 ± 0,71 cm. Rasio panjang baku dan tinggi badan (PB/TB) rataan jantan 2,48 ± 0,15 cm dan rataan betina 2,43 ± 0,15 cm. Rasio panjang baku dan panjang kepala (PB/PK) rataan jantan 3,67 ± 0,24 cm dan rataan betina 3,65 ± 0,31 cm (Kepmen KPRI NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016).
10. Ikan Nila Larasati
Benih ikan nila merah hibrida Larasati berasal dari Satker PBIAT Janti, Klaten, Jawa Tengah. Warna punggungnya merah – orange. Warna perutnya putih kemerahan. Warna overculum kemerahan. Umur konsumsinya 130 hari. Lebar mata 1,54 – 1,70 cm. Panjang total 26,6 – 32,51 cm. Panjang standar 20,6 – 26,5 cm. Panjang standar/tinggi badan 2,12 - 2,40 cm. Tinggi badan 9,7 – 11 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.79/MEN/2009).
11. Ikan Nila Srikandi
Ikan nila Srikandi merupakan hasil domestikasi Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, sebagai komoditas budidaya air tawar. Ikan nila Srikandi merupakan hasil persilangan Oreochromis aureus dengan Oreochromis niloticus. Sediaan stock induk Ikan nila Biru 5.000 ekor dan Ikan nila Nirwana 15.000 ekor. Bobot Ikan nila Srikandi dapat mencapai 380 gram. Panjang total ikan sepanjang 11,5 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.09/MEN/2012).
12. Ikan Nila Jica
Ikan nila JICA memiliki warna tubuh hitam keabu-abuan. Warna bagian bawah tutup insangnya putih kehitaman dan putih kekuningan. Ikan nila JICA memiliki panjang total 33.37 ± 1.88 cm. Panjang standar 26.93 ± 1.55 cm. Panjang kepala 8.51 ± 0.66 cm. Jarak antara sirip dubur ke ujung mulut 9.24 ± 1.79 cm. Tinggi batang ekor 4.42 ± 0.33 cm. Tinggi badan 11.14 ± 0.87 cm. Rasio panjang standar/tinggi badan 2.42 ± 0.11 cm (Kepmen KPRI NOMOR: KEP. 52/MEN/2004).
13. Ikan Nila Sultana
Ikan nila Sultana merupakan hasil satu generasi induk nila Generasi V hasil pemuliaan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Warna tubuh nila Sultana abu-abu kehitaman dengan warna bagian bawah tutup insang merah kehitaman dan putih kehitaman. Karakter morfometrik ikan nila Sultana ialah panjang total 20,48 ± 0,80 cm. Panjang standar 17,08 ± 0,80 cm. Panjang kepala 5,57 ± 0,25 cm. Jarak antara sirip anal ke ujung mulut 11,58 ± 0,53 cm. Tinggi batang ekor 2,38 ± 0,11 cm. Tinggi badan 6,80 ± 0,33 cm. Rasio panjang standar/tinggi badan 2,51 ± 0,11 cm (Kepmen KPRI NOMOR KEP.28/MEN/2012).
Ulasan tersebut berdasarkan data dari kementrian dimana ikan telah melalui proses uji yang panjang sehingga layak untuk di release atau di budidayakan. Beberapa strain tidak dimasukkan seperti BEST, GIFT, GET, Citralada, Singapura ataupun yang lainnya dikarenakan tidak secara resmi diputuskan oleh pemerintah. Perkembangan varietas ikan nila dapat terus terjadi mengikuti perkembangan proses seleksi demi mendapatkan varietas yang unggul untuk turut serta menunjang kebutuhan konsumsi ikan nila. Maka dari itu, ulasan ini dapat dimungkinkan terbaharui mengikuti terbitan-terbitan terbaru. Sekiranya ada pengetahuan lainnya, sangat dipersilahkan untuk menyampaikannya melalui kolom komentar agar dapat ditindaklanjuti.
Sumber:
Arifin OZ, Nugroho E, Gustiano R. 2007. Keragaman genetik populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam program seleksi berdasarkan RAPD. Berita Biologi,8 (6): 465- 471.
Astuti, R.D. 2017. Teknik pemeliharaan larva dan pendederan ikan Nila JICA (Oreochromis niloticus) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Provinsi Jambi. Laporan Magang, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Carman, O dan A. Sucipto 2009. Panen Nila 2,5 Bulan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Djunaedi, A., Hartati, R. Pribadi, R. Redjeki, S. Astuti, R. W. dan Septiarani, B. 2016. Pertumbuhan ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus) di Tambak dengan Pemberian Ransum Pakan dan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal Kelautan Tropis 19(2):131-142. ISSN 0853-7291.
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 52/MEN/2004
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.79/MEN/2009
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012
KEPUTUSANMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016
Tave D. 1986. Genetic for Fish Managers. The AVI Publ. Comp.Inc. New York.
No comments:
Post a Comment