Wednesday, March 29, 2023

Panduan Budidaya Kutu Air

 Panduan Budidaya Kutu Air

Kutu air adalah hewan kecil yang tergolong zooplankton dan hidup banyak di sekitar kita. Kutu air yang sedang dibahas di sini tentu saja bukan penyakit kaki akibat jamur yah, namun kutu air yang menyerupai udang, namun sangat kecil ukurannya. Kutu air juga bukan termasuk serangga yah, meskipun namanya kutu. Seperti halnya beruang air, juga bukan mamalia, meskipun namanya beruang.

Umumnya, kutu air ini ada di selokan, tambak, sungai, atau genangan air. Warna kutu air ini biasanya kemerahan dan bergerombol di dalam air.

Macam-macam Kutu Air

Ada macam-macam kutu air yang ada dan diidentifikasi. Apa saja itu?

Daphnia

Daphnia-pakan-ikan

Daphnia adalah kutu air yang paling sering ditemui di pasaran. Daphnia ini mudah sahabat temukan di waduk, kolam, danau, atau rawa-rawa. Ukurannya sekitar 0,2 hingga 5 milimeter. Tubuhnya transparan sehingga Sahabat bisa melihat mekanisme tubuhnya secara jelas jika Sahabat menggunakan mikroskop.

Moina

Kutu air jenis moina sangat mudah sekali ditemukan di wilayah Indonesia. Moina termasuk jenis yang mudah sekali berkembang biak. Ada juga di pasaran yang menjual kapsul telur Moina ini. Ketika kapsul ditaruh di dalam air, kutu air ini akan sangat mudah menetas. Ukurannya bisa mencapai 1,8 milimeter jika dibiarkan 1 hari di dalam air.

Cyclops

Kutu air jenis cyclops ini mempunyai ciri 2 antena yang cukup panjang. Cyclops mudah sekali dibedakan dari kutu air lainnya. Cyclops ini mudah sekali ditemukan di seluruh dunia kecuali Australia. Biasanya cyclops ini akan mudah ditemukan di danau.

Chydorus

bentuknya mirip dengan daphnia, hanya saja dia lebih oval dan gemuk. Ukurannya sekitar 0,3 milimeter.Chydorus tidak memiliki kaki ataupun antena. Dia bergerak menggunakan bulu-bulu halus yang ada di tubuhnya.

Bosmia

air ini sangat kecil sekali dibandingkan jenis lainnya. Ukurannya hanya 1-3 mikrometer saja. Kutu air bosmia ini punya beberapa kaki dan bulu getar yang digunakan untuk bergerak dan menangkap makanan.

Diaptomus

bentuknya hampir mirip dengan cyclops. Matanya juga hanya ada satu bintik. Hanya saja yang membedakan diaptomus dan cyclops adalah panjang antenanya yang sangat lebar dan melebihi tubuhnya.

Ceriodaphnia

air ini termasuk kerabat dekat jenis daphnia. Hanya saja ceriodaphnia memiliki antena yang kuat yang digunakan untuk bergerak. Ceriodaphnia ini seringkali digunakan untuk mengetahui kadar racun sebuah air limbah pabrik.

Bythotrephes

ini ukurannya lebih besar dibandingkan kutu air lainnya. Ukurannya sekitar 15 milimeter. Kutu air ini memiliki tulang belakang yang panjang dan berduri. Bentuk tubuhnya yang seperti itu membuatnya tidak bisa dijadikan sebagai pakan ikan.

Kutu Air yang Digunakan Untuk Pakan Ikan

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi lainnya jenis kutu air yang bisa ditemukan di dunia ini. Namun, hanya beberapa jenis saja yang digunakan untuk pakan ikan.

Beberapa jenis kutu air yang digunakan untuk pakan ikan adalah daphnia, moina, dan chydorus. Alasan jenis-jenis itu saja yang digunakan untuk pakan ikan adalah karena mudahnya ketiga jenis kutu air tersebut ditemukan di Indonesia. Selain itu, Sahabat bisa membudidayakan jenis kutu air tersebut dengan mudah walaupun dalam media yang seadanya dan sangat sederhana.

Alasan lainnya mengapa hanya itu-itu saja yang digunakan untuk pakan ikan adalah karena jenis tersebut sudah terbukti bisa menambah asupan protein ikan hias tanpa harus takut ada efek samping akibat memberikan kutu air jenis lain.

Kutu air pengganti casut
Hingga kini, cacing sutra atau casut masih dijadikan sebagai pakan andalan larva. Hal ini wajar, karena hewan yang bertubuh panjang dan kecil ini memiliki berbagai kelebihan dari pakan alami yang lain, diantaranya berbau amis, bertubuh halus dan bergizi tinggi. Namun terkadang stoknya sangat terbatas, terutama pada musim hujan, karena media hidupnya rusak oleh arus air.
Namun tidak perlu khawatir. Ada pakan alami lain sebagai penggantinya, yaitu kutu air. Bahkan potensinya lebih besar dari casut. Karena hewan yang bernama latin Moina sp dan Daphnia sp ini juga tumbuh di berbagai perairan dan populasinya sangat melimpah. Selain itu, tidak terpengaruh oleh musim hujan. Seperti casut, kutu air memiliki berbagai kelebihan, diantaranya :
Pertama, bertubuh kecil, lebih kecil dari bukaan mulut larva. Larva ikan yang baru menghabiskan makanan cadangannya tidak makan kutu air dewasa, tetapi makan kutu air yang baru menetas.
Kedua, berbau amis, tak kalah amisnya dengan bau cacing sutra. Bau ini juga yang memberi rangsangan larva untuk memakannya, meski harus mengejar terlebi dahulu akibat gerakan kutu air.
Ketiga, mudah dicerna ikan. Meski struktur tubuh kutu air terkesan tidak sehalus casut, namun kondisi itu tidak membuat masalah, khususnya buat larva. Usus larva tetap kuat, dan tidak membuat larva kembung dan mati.
Keempat, bergizi cukup tinggi. Kandungan gizi ini tidak jauh dengan cacing sutra. cacing sutra berprotein 62 persen, sedangkan kutu air 55 persen. Sudah pasti pertumbuhan ikan tidak kalahdengan casut.
Kelima, tersebar dalam air. Tak seperti cacing sutra yang selalu ngumpul, kutu air tersebar dalam air. Keadaan ini memberi peluang larva untuk memakannya, sehingga pertumbuhan lebih seragam.
Keenam, tidak merusak kualitas air. Karena kutu air yang tidak dimakan larva, dapat hidup lebih lama, sehingga tidak merusak kualitas air. Akhirnya kutu air habis sesuai dengan pertumbuhan ikan.
Ketujuh, bisa diawetkan. Pengawetan ini bertujuan untuk menyediakan stok dilain hari. Stok tersebut bisa dijadikan sebagai pakan larva dan benih, bisa juga sebagai induk, karena kutu air yang diawetkan dapat dibudidayakan kembali.
Tak hanya itu, kutu air juga mudah dibudidayakan. Ini sesuai dengan hasil ujicoba BIPI, empat tahun yang lalu. Ternyata kutu air dapat dibudidayaan secara intensif, untuk menyediakan dalam jumlah yang cukup dan kontinyu. Ditambahn lagi dengan kelebihan lainnya, biaya untuk pembudidayaannya sangat murah, sehingga dapat menurunkan biaya produksi benih.
Meski dapat dibudidayakan dengan mudah, namun untuk menghasilkan kutu sesuai harapan, tentu ada caranya. Inilah yang akan dikupas dalam panduan budidaya kutu air, termasuk pencarian sumber kutu air, penyediaan lingkungan yang cocok, penyiapan bahan yang bersih, tenik budidaya, teknik penerapan di kolam pembenihan serta teknik pengawetannya.

Mengenal kehidupan kutu air
Percayalah, bahwa kutu air dapat menjadi pakan larva, seperti halnya casut dan artemia. Karena BIPI telah melakukan ujicoba selama bertahun-tahun. Namun sebelum diterapkan di lapangan, tak ada salahnya jika para pengguna tahu dulu seluk beluknya, Hal ini bertujuan agar dapat mengatur pola pemeliharaannya.

Silsilah
Dimulai dari silsilah keluarga. Dalam penggolongan hewan, kutu air tergolong kedalam jenis udang-udangan tingkat rendah, dengan sistematika berikut : Fillum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Estomostraca, Ordo Phyycopoda, Subordo Cladocera, Family Daphnidae, Genus Kutu air, Spesies Kutu air sp. (Moina sp.)

Tempat hidup
Lalu, dimana hidupnya. Ternyata Kutu air banyak ditemukan hampir seluruh pelosok tanah air, hidup secara bergerombol di perairan yang banyak mengandung bahan organik, atau sisa-sisa pembusukan tananam, seperti sawah, rawa, solokan dan perairan yang berair tenang atau tidak deras. Selain di Indonesia, Kutu air juga ditemukan di negara lain, seperti Malaysia, Thailand dan Kamboja.

Morfologi
Sebagai makanan ikan tentu saja, karena tubuh Kutu air berukuran lebih kecil dari ikan. Kutu air berukuran antara 1000 – 5000 mikron, seukuran hancuran beras. Selain kecil juga gepeng, artinya panjang badan jauh lebih besar dari tinggi badan, dengan ciri khusus pada bagian tubuh atas berbentuk seperti tudung, atau seperti tubuh kura-kura. Sebenarnya bagian itu lebih keras dari bagian lainnya.

Kebiasaan makan
Seperti ikan, kutu air juga makan hewan air lainnya. Makanan yang paling disukai adalah jasad-jasad renik, detritus dan sisa-sisa bahan organik. Cara makannya sangat unik, yaitu dengan menggerakan kakinya yang pipih. Gerakan kaki itu menimbulkan arus air sekitar tubuhnya hingga membawa makanan masuk ke dalam mulutnya, lalu makan tanpa pilih-pilih.

Siklus hidup dan pembiakan
Masa hidup Kutu air bisa dibilang pendek, tapi lebih panjang dari masa hidup Artemia. Masa tersebut dilewati dengan melalui berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa dan induk. Pada suhu 22 – 32 O C dan pH 6,6 – 7,4 mencapai dewasa dalam waktu 4 – 6 hari, menjadi induk dalam waktu 8 – 10 hari dan umurnya hanya bertahan hingga 12 hari.

Perkembangbiakan Kutu air juga bisa dibilang unik. Hewan ini bisa berkembang dengan dua cara, yaitu partenogenetik (tanpa perkawinan) dan seksual (dengan perkawinan). Partenogenetik terjadi pada musim kemarau atau musim panas saat suhu air lebih tinggi, sedangkan perkawinan terjadi pada musim hujan atau musim dingin atau saat suhu air lebih rendah. Jadi pembiakan kutu air itu tanpa musim.

Selama hidupnya, yaitu selama 12 hari kutu air bisa memijah sebanyak tujuh kali, atau setiap 1 – 2 hari sekali. Setiap perkawinan atau pembiakannya, kutu air bisa menghasilkan anak antara 18 - 22 ekor. Tentu saja hasil itu tergantung dari ukuran tubuhnya. Jadi jika dihitung selama hidupnya, kutu air bisa menghasilkan anak rata-rata 220 ekor.

Mengecek kutu air di solokan
Katanya, kutu air banyak ditemukan di setiap perairan, namun penjelasan itu sebaiknya jangan dulu dipercaya, tanpa pengecekan dulu. Pengecekan itu bertujuan untuk meyakinkan, bahwa kutu air tersebut memang tersedia di solokan kolam. Nah, untuk mengeceknya juga tidak sulit, asalkan dilakukan pada malam hari, mulai magrib hingga tengah malam.

Pengecekan kutu air dapat dilakukan dengan langkah berikut, siapkan sebuah senter, lalu cari bagian solokan yang tergenang atau tempat yang tidak terlalu deras. Selanjutnya, sinari bagian itu dengan senter dan perhatikan airnya. Jika ada hewan kecil (mirip kutu manusia) ngumpul pada sinar batere itu, berarti di solokan itu terkandung bibit kutu air.

Pembuktian di kolam
Hasil pengecekan itu belum dianggap cukup bahwa kutu air ada di solokan. Karena itu pembuktian lebih jauh harus dilakukan. Pembuktian itu dapat dilakukan dengan cara berikut, siapkan sebuah kolam, keringkan selama 1 – 2 hari, masukan air solokan, tiga hari kemudian, lakukan pengecekan. Jika ada tanda-tanda seperti di atas, berarti di solokan itu memang ada kutu air. Pembuktian bisa juga dilakukan dalam ember atau baskom besar, dengan perlakuan yang sama.

Wadah budidaya
Jika hasil pengecekan di solokan dan pembutian di kolam, kutu air memang ada, bahkan melimpah, maka budidaya kutu air sudah bisa dimulai. Namun sebelum memulai harus menyediakan dulu wadah budidayanya. Wadah tersebut bisa berupa kolam tembok, kolam terpal dan kolam tanah. Jumlahnya tergantung dari skala produksi.

Untuk pembenihan yang akan menggunakan full kutu air, maka selain jumlah kolam juga tata letaknya harus diatur. Ada dua buah kolam yang harus dibuat, yaitu kolam lele dan kolam kutu air. Seperti kolam, lain kedua kolam tersebut memiliki inlet dan outlet. Untuk mengalirkan kutu air dari kolam kutu air ke kolam lele, maka dibuat pipa penyalur kutu air, berikut lubangnya. Berikut desain perkolaman pembenihan lele dengan pakan full kutu air.

Perlu diketahui, bahwa pembiakan kutu air sangat tergantung pada musim. Pada musim hujan, pembiakan kutu air agak terhambat. Air hujan dapat menurunkan kualitas air, terutama suhu dan kandungan nutriennya yang turun drastis. Sebaliknya pada musim hujan, pembiakan kutu air berjalan cepat, karena tidak terganggu air hujan.
Agar tidak terganggu oleh musim dan hasilnya memuaskan, maka wadah budidaya kutu air sebaiknya diberi atap. Namun atapnya harus yang transparan agar sinar matahari menyinari bagian kolam. Ada berbagai jenis bahan atap, namun paling bagus dan tahan adalah plastic UV (ultra violet). Bahan ini bisa tahan hinggia lim tahun lebih.

Bahan penumbuh kutu air
Seperti telah disinggung di atas, bahwa budidaya kutu air hemat biaya. Hal ini didasarkan pada dua alas an, pertama bahan-bahan budidaya dapat dibeli dengan harga yang sangat murah. Kedua, bahan-bahan tersebut juga mudah diperoleh di setiap daerah. Ada dua bahan yang bisa digunakan untuk budidaya kutu air, yaitu :

Pertama : Pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kotoran hewan. Ada dua kotoran hewan yang bagus untuk budidaya kutu air, yaitu kotoran ayam dan kotoran puyuh. Sebelum digunakan, keduanya harus diamatangkan dan dijemur terlebih dahulu. Sayang pupuk kandang tersebut kotor dan bau, sehingga sangat mengganggu lingkungan.

Kedua, pupuk higienis (PH), yaitu formula temuan BIPI. Pupuk ini bisa dibuat sendiri. Cara membuatnya sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tak hanya itu, bahannya juga sangat murah dan mudah diperoleh. Nah, kalau pupuk ini sangat bersih dan harum serta ramah lingkungan. (lihat panduan pembuatan pupuk higienis).

Budidaya di kolam khusus
Kutu air bisa dibudidayakan di kolam khusus, artinya di kolam itu hanya kutu air saja yang ditumbuhkan. Hasilnya, bisa dijadikan sebagai stok induk kutu air untuk disebar ke kolam lain atau sebagai pakan benih untuk ditebar ke kolam benih. Budidaya kutu air di kolam khusus dapat dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu :

Persiapan kolam
o Kolam yang disiapkan bisa berupa kolam tembok, kolam terpal atau kolam tanah. Luas dan jumlahnya tergantung dari kolam yang dimiliki.
o Biasanya kolam yang telah digunakan kotor dan berlumut. Agar kotoran dan lumutnya hilang, maka kolam tersebut harus dibersihkan dulu, dengan cara disikat dan dibilas air bersih.
o Pembersihan masih belum cukup, karena kolam biasanya masih berbau amis. Agar bau amisnya hilang, maka setelah agak kering, seluruh permukaan kolam (dinding dan dasar) dikapur atau diolesi dengan larutan kapur (kapur yang direndam air), seperti ngecat tembok.
o Agar kapur tersebut dapar bereaksi dengan baik dan bau amisnya lenyap secara total, maka kolam yang telah dikapur harus dibiarkan terlebih dahulu selama 2 – 3 hari.

Pengisian air
Pengisian air dilakukan dengan menutup pintu buang dan membuka pintu masuk. Agar hama, sampah dan kotoran lainnya tidak masuk ke kolam, maka air yang masuk harus disaring dengan sekup net agak kasar. Setelah air mencapai ketinggian 40 – 50 cm, maka pintu masuk masuk ditutup.

Catatan :
Untuk kolam yang menggunakan air sumur, kemungkinan besar kutu air tidak akan tumbuh, karena dalam air umumnya tidak mengandung kutu. Agar tumbuh kutu air, maka dapat dilakukan dengan menambahkan air solokan kampong atau kota.

Pemberian PH
Pemberian PH dilakukan pada pagi hari. Hal ini bertujuan agar proses penguaraian PH dapat bereaksi dengan baik berkat adanya sinar matahari. Jangan lupa PH yang diberikan telah difermentasi selama 10 – 12 jam.

Perendaman
Perendaman dilakukan selama 5 – 7 hari atau lebih. Tujuannya agar kutu air dapat tumbuh dengan baik. Kutu air sendiri akan tumbuh secara bertahap dan PH sebagai makanan bagi kutu air.

Perkembangan kutu air :
Namun sebelumnya tumbuh dulu Brachionus (sejenis pakan alami). Hal itu terjadi pada hari ke 2 – 3, yang ditandai dengan adanya lapisan putih kecoklatan pada permukaan air (mirip awan). Pada hari ke 4, kutu air mulai banyak, namun masih kecil-kecil. Untuk melihatnya dapat pada malam hari, yaitu dengan bantuan lapu senter. Caranya, sorotkan sinar batere ke dalam air, biarkan selama 15 – 20 menit. Kutu air akan menghampiri sinar. Jika pada sinar ada hewan kecil (mirip kutu), berkumpul pada sinar, berarti kutu air sudah tumbuh. Pada hari ke 5, kutu air sudah lebih besar dan lebih banyak lagi, terlebih lagi pada hari ke 7.

Panen
Panen kutu air dimulai pada hari ke 7. Kutu air ditangkap dengan menggunakan sekupnet. Waktu panen harus tepat, yaitu pada pagi hari, sebelum matahari terbit atau sebelum terjadi fotosintesa. Pada saat itu, kutu air muncul di permukaan air, karena kekurangan oksigen. Penangkapan dilakukan pada permukaan air saja, tidak perlu hingga dasar kolam. Penangkapan dapt dilakukan berulang-ulang hingga populasi kutu air berkurang.

Penen kutu air juga dapat dilakukan dengan gayung. Panen dengan gayung dilakukan pada malam hari, yaitu dengan bantuan senter. Caranya dengan menyorotkan senter ke dalam air di salah satu sudut kolam, setelah kutu air terkumpul, segera tangkap dengan gayung. Penangkapan dilakukan secara berulang-ulang. Jika di salah satu sudut tinggal sedikit, maka bisa pindah ke sudut yang lain, dan lakukan panen seperti sebelumnya.

Pemisahan ukuran
Kutu air yang telah ditangkap dikumpulkan dalam ember besar. Jika sangat banyak harus dimasukan ke dalam beberapa ember. Selanjutnya, kutu air tersebut bisa langsung diberikan ke ikan. Namun sebelumnya, kutu air tersebut harus dipisahkan antara ukuran yang besar dan kecil. Caranya, dengan mengambil pakai gayung, lalu ditumpahkan ke dalam sekupnet agak kasar, yang diletakan di atas ember lain. Dengan sekupnet itu, maka ukuran kecil akan lolos, sedangkan yang besar akan tertahan, berikut sampahnya.

Kutu air sebagai pakan dan induk
Jika sudah terpisah, maka langkah lain bisa dilakukan. Yang kecil atau anaknya bisa langsung diberikan ke ikan di kolam lain. Sedangkan yang besar atau induknya harus dikembalikan lagi ke kolam semula (kolam kutu air) agar dapat berkembang biak lagi. Pemberian pakan untuk ikan harus merata atau sesuai dengan jumlah ikan yang ada di kolam tersebut. Kutu air tidak akan mati sebelum dimakan ikan dan tidak menjadikan air bau. Agar pembiakan kutu air berjalan cepat, maka pemberian PH dilakukan setiap tiga hari sekali.

Pengawetan kutu air
Jika pada saat panen kutu air, tidak langsung digunakan untuk pakan, maka kutu air tersebut dapat diawetkan. Pengawetan yang paling bagus adalah dengan jalan dibekukan. Agar terjadi pemisahan ukuran pada saat pembekuan, maka kutu air yang baru dipanen harus dipisahkan ukurannya. Caranya sama seperti diatas. Selanjutnya memudahkan dalam pembekuan, maka sebelum dimasukan ke dalam freezer, kutu air dimasukan ke dalam plastic obat. Jika ingin tahu beratnya, maka kutu air ditimbang terlebih dahulu. Misalnya satu plasticnya 100 gram. Jika kutu air sudah dalam plastic, maka bisa langsung dimasukan ke dalam freezer dan dibiarkan membeku.

Benih kutu air beku dapat dijadikan pakan benih
Benih kutu air yang sudah dibekukan bisa dijadikan pakan. Namun sebelum diberikan, kutu air beku harus dilelehkan terlebih dahulu, agar kutu airnya tidak dingin. Melelehkan kutu air tidak boleh di atas kompor, karena dapat merusak keutuhannya, namun harus dijemur dibawah sinar matahari. Napsu makan ikan tidak kalah dengan kutu air hidup. Hanya jumlah pemberiannya harus diatur agar tidak tersisa. Jika pemberian terlalu banyak dapat membusuk dan menyebabkan air kolam menjadi bau.

Induk kutu air beku dapat dikembangkan lagi
Induk kutu air yang sudah dibekukan masih bisa dijadikan sebagai induk. Meski beku, tetapi telur-telur kutu air masih bisa menetas. Untuk mengembangkan kutu air sangat mudah. Caranya, sama yaitu persiapan kolam, pengisian air, penebaran induk kutu air beku, pemberian PH dan perendaman. Perkembangan kutu air beku agak berbeda dengan kutu air hidup sangat berbeda. Jika kutu air hidup melimpah pada hari ke 7, maka kutu air beku melimpah pada hari ke 9.

Pemeliharaan larva dengan kutu air
Pemeliharaan larva dengan cacing sutra memang bagus, pertumbuhannya cepat dan kondisi tubuhnya kuat. Namun pemeliharaan larva dengan kutu air juga tak kalah bagusnya dengan cacing sutra. Pertumbuhannya tetap cepat dan kondisi ikan tetap kuat. Bahkan ukuranya lebih seragam, karena kutu air menyebar ke seluruh bagian kolam, sehingga ikan mendapat peluang yang sama.
Pemeliharaan larva lele dengan kutu air dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu persiapan kolam, pengisian air, pemberian PH, perendaman, penebaran larva, pemberian PH lanjutan dan panen. Dalam system ini, larva yang ditebar berumur 5 hari dari telur atau 2 – 3 hari dari menetas. Agar waktunya tepat antara umur larva dan persiapan kolam, maka dapat dilihat dari perkembangan telur.
Masksudnya, jika setelah pemijahan (pemijahan alami dan pemijahan buatan) telurnya memiliki tanda-tanda bagus, yaitu berwarna kuning tua (tidak putih), maka dapat dilakukan persiapan kolam. Waktu ini sangat tepat, karena kutu air dapat tumbuh melimpah dalam 4 - 5 hari dan pada waktu yang sama, larva sudah berumur 4 – 5 hari hari dari telur, sudah menghabiskan makanan cadangannya.


Untuk lebih jelasnya, tahapan pemeliharaan larva dengan kutu air akan diulas setiap tahapnya.

o Pengeringan kolam
Pengeringan kolam dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir. Kolam yang berlumpur dan berlumut harus disikat pada saat itu juga atau saat panen usai. Agar bau amisnya hilang dan untuk memberantas bibit penyakit, maka permukaan kolam, yaitu dasar kolam dan pematangnya diberi larutan kapur atau kapur yang diencerkan dengan air. Setelah itu, dibiarkan selama 1 – 2 hari.

o Pemijahan
Setelah kolam dikeringkan selama 1 – 2 hari, dilakukan pemijahan. Pemijahan bisa secara alami, bisa juga secara buatan. Untuk melakukan pemijahan, dapat dipelajari dalam panduan pembenihan.

o Pengairan
Jika dalam pemijahannya itu, telur-telurnya bagus atau berwarna kuning tua dan cerah, maka kolam yang sudah dikeringkan dapat segera diberi air setinggi 30 – 40 cm, yakni dengan cara menutup pintu buang dan membuka pintu masuk.

o Pemberian PH
Kolam yang telah diisi air, diberi PH, dengan cara disemprokan ke seluruh permukaan kolam. Jangan lupa PH yang digunakan harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu sudah difermentasi selama 10 – 12 jam. Pembuatan PH dapat dilihat dalam buku panduan khusus. Harus diingat, dosis PHnya 1 kg dedak untuk 10 m3 air. Jangan over dosis, karena berbahaya, lebih baik kekurangan dosis.

o Perendaman
Perendaman dilakukan selama 4 – 5 hari dari pemberian PH. Dalam waktu itu, biasanya kutu air sudah melimpah dan berukuran kecil. Ukuran kecil bukan masalah, karena sangat sesuai dengan bukaan mulut larva. Untuk meyakinkan dapat dicek pada malam hari dengan bantuan sinar batere atau senter (di bagian atas sudah dijelaskan)

o Penebaran larva
Kini larva yang ditetaskan di kolam pemijahan (pemijahan alami) atau di hapa penetasan sudah berumur 4 - 5 hari dari telur atau 2 - 3 hari dari menetas dan menghabiskan makanan cadangannya. Segera larva itu ditebar di kolam yang sudah penuh dengan kutu air. Dengan demikian, larva-pun bisa langsung makan kutu air dan kondisi tubuhnya tetap baik.

o Pemberian ulang PH
Larva yang sudah ditebar tidak makan kutu air yang besar, tetapi makan kutu air yang kecil, karena bukaan mulutnya memang belum besar. Karena larva hanya makan kutu air yang kecil, maka kutu air yang besar tetap hidup. Agar tetap bisa berkembang, maka diberi PH lagi (lanjutan). Namun dosis PH dikurangi, yaitu hanya ½ dosis atau 1 kg dedak untuk 20 m3 air.

o Pemberian pakan tambahan
Jika dalam perjalannya, stok kutu air tidak mencukupi, maka segera diambil tindakan lain, yaitu pemberian pakan tambahan. Pakan tambahan itu berupa tepung pellet (misalnya tepung fengli 0). Meski diberi fengli 0, ikan lele tidak bakal kembung, karena sudah biasa makan yang keras (keadaan tubuh kutu air, beda dengan cacing sutra yang sangat halus). Pemberiannya dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pagi sore dan malam. Namun jumlahnya tidak boleh berlebihan, karena dapat menyebabkan air kolam bau.

o Panen
Panen benih dapat dilakukan pada hari ke 14 atau pada saat ukuran ikan sudah tidak seragam. Karena kutu air menyebar dalam air, maka peluang ikan untuk mendapatkan pakan lebih besar, sehingga ukuran ikan akan lebih seragam. Terkadamg pada umur 14 hari, ukurannya masih seragam, maka panen bisa dilakukan umur 21 hari. Jika populasi kutu air melimpah dan larva berkualitas baik, maka umur 21 hari, ikan sudah mencapai ukuran 2 – 3 cm.

SELAMAT MENCOBA !!!!

No comments:

Tips Foto di Malam Hari dengan Kamera DSLR

 Tips Foto di Malam Hari dengan Kamera DSLR Malam  memang kurang cahaya sehingga terkadang menyulitkan untuk mengambil foto, apapun jenis ...